Profil Start-Up: Cipta Tani Lestari

18 May 2018 08:59

Yasmin Aruni

BANDUNG, lpik.itb.ac.id - Konsumsi energi fosil di Indonesia masih menempati proporsi tertinggi sebesar 95% (Kementerian ESDM, 2018). Sebagai negara yang menjadi importir minyak sejak tahun 2004, Indonesia harus mulai mengurangi proporsi konsumsi energi fosil, menggantikannya dengan energi baru terbarukan (EBT). Salah satu EBT yang memiliki potensi besar di Indonesia yang merupakan negara agraris adalah biogas, yaitu gas yang dihasilkan oleh fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk limbah pertanian dan peternakan.

Cipta Tani Lestari (CTL), adalah salah satu perusahaan rintisan binaan inkubator LPIK-ITB (dulu dikenal sebagai Pusat Inkubator Bisnis) yang mulai menggeluti industri biogas sejak tahun 2003 silam. CTL diprakarsai oleh Andrias Wiji Setio Pamuji, alumni Teknik Kimia ITB ’97 yang menjadi salah satu pionir biogas di masyarakat dengan slogan “Murah, ringan, cepat instalasinya”. Ketertarikan Andrias pada biogas dimulai saat kuliah tingkat 3, ketika muncul isu ketersediaan energi fosil, kenaikan harga, serta timbulnya masalah lingkungan dalam penggunaan energi fosil.

Pentingnya Inovasi dan Pengembangan Produk dalam Menjalankan Usaha

Produk reaktor biogas yang ditawarkan oleh CTL berbeda dengan produk yang sudah ada di pasar, yang mayoritas dibuat menggunakan konstruksi beton, tembok, maupun besi. Reaktor konvensional ini membutuhkan skill dalam pembangunan dan operasional yang tidak begitu mudah. Melihat kondisi ini, CTL mengembangkan reaktor berbahan dasar plastik yang dapat diterapkan di rumah tangga perdesaan. Pada tahun 2006-2008, perhatian pemerintah atas EBT mulai meningkat, sehingga CTL pernah melakukan produksi hingga ribuan unit.

Produk pertama yang dirilis oleh CTL adalah reaktor biogas berbahan dasar plastik. Namun, penggunaan plastik sebagai bahan dasar reaktor masih memiliki risiko kebocoran gas dan umur pakai yang pendek karena mudah rusak ketika terinjak manusia dan hewan ternak. Hal ini menyebabkan tim CTL harus bolak-balik melakukan perbaikan atas reaktor yang sudah digunakan. Selanjutnya, tim CTL mengembangkan Tenari (Teknologi Anak Negeri), reaktor biogas dengan performa sama seperti konstruksi tembok tapi berbahan dasar fiberglass.

Melalui pengembangan reaktor biogas CTL, Andrias mengharapkan adanya kesinambungan dalam pengembangan teknologi, material, dan ada usaha yang lebih dalam mengimplementasikan teknologi di tengah masyarakat. “Sekarang semua orang punya TV, motor, dan alat pertanian lainnya - kenapa tidak semua petani punya reaktor biogas? Toh, hampir semua rumah butuh energi setiap hari,” pungkasnya.  Di sela-sela kegiatan produksi, tim CTL melakukan penelitian dan pengembangan teknologi, mempersiapkan perusahaan untuk penanganan limbah industri dan pemanfaatan CH4 (metana).

Kini, selain mengembangkan reaktor biogas Tenari, Andrias membuka bisnis kuliner Saung T&T di Ngamprah, Lembang, yang ingin dijadikan wahana edukasi untuk pertanian, peternakan, lingkungan hidup, dan energi terbarukan. Para pengunjung dapat berkeliling di area Saung T&T yang memiliki peternakan hewan, pertanian sayur, miniatur reaktor biogas, serta fasilitas hidroponik.

Siapkan Diri Untuk Menjadi Wirausaha

Dalam berbisnis, seorang wirausahawan harus siap menghadapi berbagai kondisi. Setelah mengalami kejayaan dan berada di kondisi yang baik, bisa saja mengalami masalah di penjualan, produksi yang kurang, dan ada faktor-faktor lain yang harus dihadapi seperti harus pindah pabrik, keluar-masuknya pegawai, dan barang yang tidak laku.

“Kalau bisa, kembangkan produk atau jasa dengan membuka mata dan telinga akan dinamika produk atau jasa sejenis yang mau dilakoni. Banyak yang begitu optimis, antusias dengan produk/jasa karena dia hanya tahu sebagian kecil,” ujar Andrias. “Bisnis harus benar-benar diperhitungkan, jangan sok jagoan menganggap produk sudah menjadi solusi. Rajin-rajinlah mengikuti perkembangan teknologi karena ekspos antara realitas dan yang dipublikasikan di media sangat jauh berbeda,” lanjutnya.

Sebagai angkatan pertama tenant LPIK, Andrias menyatakan bahwa keterlibatannya di inkubator membuatnya merasa seperti menjadi perusahaan sungguhan, memacunya untuk bisa bekerja dan mengembangkan bisnis. Bergabung dengan inkubator menjaga semangatnya dalam berwirausaha di tiga tahun pertama. “PIB (Inkubator) adalah komunitas yang juga keluarga,” tutup Andrias.