Bisa Prediksi Badai, Aplikasi Buatan Dosen ITB Dilirik Arab Saudi

28 Jan 2019 10:03

Cytra Ria A

BANDUNG, KOMPAS.com — Dosen Institut Teknologi Bandung Dr Armi Susandi memamerkan aplikasi bernama Hidrometeorological Hazard Early Warning System (H-HEWS) saat mengikuti Festival Janadriyah Ke-33 di Riyadh, Arab Saudi, belum lama ini.

Melalui aplikasi tersebut, ITB membuka peluang kerja sama dengan Arab Saudi dalam penerapan pengaplikasiannya.

Dikutip dari laman ITB, bencana badai yang kerap terjadi di Arab Saudi belakangan ini telah menimbulkan dampak kerugian materi dan jiwa yang cukup besar.

Sementara alat tersebut memiliki fungsi dapat mendeteksi badai di Arab Saudi dan juga dapat memberikan informasi prediksi badai pasir, gelombang panas, hujan lebat, dan cuaca ekstrem lainnya dengan tingkat keakuratan mencapai 85 persen. Hal itulah yang menarik perhatian pengunjung dan Pemerintah Arab Saudi.

"Sistem tersebut bisa memprediksi tiga hari ke depan per tiga jam," ungkap Armi dikutip dari laman ITB, Kamis (17/1/2018).

Saat ini, aplikasi yang dibuat Armi dan tim ini baru bisa dioperasikan lewat website (komputer), pengembangan selanjutnya akan dibuat aplikasi khusus yang bisa digunakan di Android dan iOS.

Saat ini, aplikasi tersebut sedang dalam proses paten HAKI. Meskipun yang dipamerkan masih berupa prototipe, menurut Armi, sudah berfungsi 80 persen. Bahkan, saat pameran sudah diuji coba langsung.

"Sistem ini dirancang untuk digabung dengan data lainnya. Misalnya data kependudukan, data rumah sakit, data sungai, data rumah, jalan, dan lain lain. Ini produk ITB dan kami membangunnya hanya dua minggu sebelum festival ini," katanya.

Fitur utama dalam sistem tersebut digunakan untuk memprediksi temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban, dan tekanan udara.

Selain itu, fitur peringatan bencana juga untuk potensi bencana badai pasir, angin kencang, gelombang panas, dan hujan lebat.

Apalagi, kata Armi, sistem yang dibuat sudah memakai bahasa Arab sehingga memudahkan orang Arab untuk menggunakannya.

"Kenapa kami buatkan khusus, sebab demi mewujudkan ITB sebagai entrepreneurial university, menghilirkan produk teknologi kita sehingga dipakai oleh masyarakat," katanya.

Prediksi badai yang dilakukan alat tersebut menggunakan satelit, namun nanti akan dikombinasikan dengan data lapangan setelah kerja sama terjalin.

Menurutnya, aplikasi tersebut memiliki tingkat keakuratan sangat baik karena daerah Arab Saudi tidak banyak memiliki gunung dan lembah.

"Prediksi di wilayah padang pasir itu lebih gampang daripada di wilayah kepulauan. Bahkan, alatnya itu pun bisa dikembangkan dengan sampai akurasi per kilometer. Namun, perlu server yang lebih besar. Tergantung nanti permintaan dari Arab Saudi," ucapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisa Prediksi Badai, Aplikasi Buatan Dosen ITB Dilirik Arab Saudi",  Penulis : Kontributor Bandung, Agie Permadi. Editor : Khairina